Terkait masalah substansi dan aksiden dalam kajian filsafat wujud/ada memiliki wilayah tersendiri dan terus berkembang dalam pemikiran filsafat islam sengaja Geo Maister hadirkan untuk para pembaca yang senang dengan dunia filsafat itu sendiri. Kaum Paripatetik meyakini bahwa substansi dari pada sesuatu itu tersusun dari dua substansi yakni materi dan bentuk. Lebih ditegaskan kembali bahwa keadaan suatu objek tidak pernah terlepas dari dua hal yaitu sebagai substansi dan sebagai aksiden. Menurut aristoteles bahwa substansi adalah sesuatu yang menunjukkan dirinya sendiri dan tidak memerlukan sesuatu yang lain dalam penunjukkannya. Sedangkan aksiden adalah sesuatu suatu hal yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia harus dihubungkan dengan sesuatu yang lain yang berdiri sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa aksiden-aksiden hanya dapat berada dalam suatu substansi dan tidak pernah lepas darinya. Dengan ini Ibnu Sina menjelaskan bahwa substansi itu ada lima :
1. Intellek/akal
Sepenuhnya terlepas dari materi dan potensialitas. Substansi akal ini selain tidak terikat pada ruang dan waktu, juga sama sekali tidak berkaitan denga materi. Seperti para malaikat dalam filsafat disebut dengan akal non materi.
2. Jiwa
Sesuatu yang berada di antara akal dan jism, sehingga ketika seseorang jiwanya lebih cendrung mengikuti fisiknya maka dia akan semakin kebawah, semakin rendah sifat kemanusiaannya dan sebaliknya ketika jiwa seseorang cendrung mengikuti intellek/akal maka dia semakin terangkat dan nilai-nilai kemanusiaannya pun semakin tampak.
Sedangkan menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir didunia ini. Sungguh pun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi - fungsi fisik, dan dengan demikian seakan terkesan bahwa jiwa tidak butuh pada badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang berfikir, akan tetapi pada kenyataannya jiwa tetap masih butuh pada badan karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia untuk dapat berfikir.
3. Jism /substansi Jasmani (benda)
Substansi yang memiliki dimensi ruang dan bisa disaksikan fenomena-fenomenanya melalui aksidennya. Di sini kaum Paripatetik meyakini bahwa substansi benda tersusun dari dua substansi lainnya yaitu form (bentuk) dan matter (materi)
4. form/suroh jism
Sebagai aspek aktual dari tiap benda dan sebagai sumber munculnya efek-efek tertentu pada tiap materi, dimana semua bentuk memiliki jenis-jenis yang berbeda-beda. Yaitu ada bentuk benda yang hadir pada seluruh substansi benda sehingga sama sekali tidak bisa dipisahkan dari materi dan juga ada bentuk yang secara terus menerus keberadaannya bersama dengan keberadaan bentuk benda.
5. Maddah/materi
Dalam pandangan kaum Paripatetik materi adalah sebuah substansi yang buram, tanpa aktualitas dan hadir di seluruh alam ini. Alam materi adalah alam yang dipenuhi dengan bentuk-bentuk dan tugas materi adalah menerima bentuk-bentuk tersebut. Seperti halnya materi/maddah kayu yang bisa menerima bentuk apa saja, bisa menjadi kursi, patung kuda dan sebagainya.
1. Kuantitas (kam)
Kuantitas menunjukkan besaran sesuatu dan daur suatu peristiwa atau jumlah dari sesuatu yang ada seperti : ukuran panjang atau bilangan-bilangan.
2. Kualitas (kaif)
Kualitas adalah sifat sesuatu, bentuknya dan kondisinya. Segala sesuatu akan dikenai pertanyaan: “Bagaimana?”. Ia berkaitan dengan kualitas-kualitas indrawi dari segala sesuatu, seperti: warnanya, rasanya, baunya, panas dan dinginnya, kekeringan dan kelembabannya, dan juga berkaitan dengan jenis-jenis watak dan kondisi-kondisi emosional manusia, seperti: keterusterangan atau perasaan malu dan sebagainya.
3. Tempat (‘ain)
Kategori ini menunjukkan tempat tertentu dimana sesuatu itu ada atau merupakan jawaban dari pertanyaan “dimana?/’Aina? misalnya: di Jakarta, Kampus ICAS dan sebagainya.
4. Waktu (mata)
Kategori waktu ini merupakan jawaban dari pertanyaan: “kapan?”, misalnya: kapan terjadinya angin puing beliung? Maka jawabannya bisa minggu lalu, bisa kemarin, tadi malam, dan sebagainya.
5. Posisi (wahd’)
Kategori ini menunjukkan postur suatu benda atau keadaan sesuatu benda, seperti: duduk, berbaring, berdiri, berjalan dan sebagainya.
6. Relasi (idhafah)
Istilah relasi menunjukkan hubungan antara dua hal atau benda, seperti hubungan antara majikan dan pekerjanya atau lebih umum lagi, hubungan antara sesuatu dengan semua objek lainnya. Tidak aka nada sesuatu itu, kecuali dihubungkan dengan yang lainnya. Seperti hubungan sang ayah dengan anaknya,
7. Kepemilikan (Jiddah)
Kategori milik sering disebut jiddah atau lahu (dia memiliki), atau mempunyai (zu) ialah sesuatu selalu ada bersama pemiliknya kemana pun ia pergi, misalnya: pakaian atau sepatu yang dipakai oleh seseorang.
8. Aktif/Perbuatan (fi’il)
Perbuatan dalam pengertian khusus ini berarti mempengaruhi sesuatu yang menerima akibatnya, misalnya: memanaskan, memotong, pengaruh khatib pada jamaahnya, pengaruh pendidik pada anak didiknya, pengaruh dokter pada penyembuhannya.
9. Passif (infi’al)
Kategori pasif (infi’al,Affection) merupakan sesuatu yang menerima pengaruh dari aksi, misalnya: aksi memanaskan, sementara keinginan akan terpanaskan juga. Kategori pasif ini merupakan hubungan substansi sampai pada sifat-sifat yang ada di dalamnya.
Demikianlah perbedaan mendasar dari substansi dan aksiden yang Geo Maister bagikan kepada para pembaca. Semoga bermanfaat bagi kita semua......
No comments:
Post a Comment